Bagaimana jika kamu itu sudah membuat semuanya sedemikian
bagus ternyata semua hanya sia-sia. Ingin teriak a tapi lemas, jatuh, terbuang,
terseok-seok sia-sia.
Bagaimana jika kamu itu udah ngerjain semuanya sehingga
sempurna tapi diatas namakan orang lain. Dan bagaimana jika kamu sudah sekuat
tenaga berpegangan pada tebing yang akan terkikis oleh ombak dan akhirnya terjatuh, terambang-ambang, dimakan hiu. Bagaimana sakitnya…
mmm...
pernah ngerasa di sia-sia. sudah menangis atau sampai tidak bisa menangis karena kering atau amat sakit. bukan ingin diperhatikan tapi ini kenyataan. perlawanan menghadapi hati kecil dan logika. sebenarnya malas untuk membicarakannya tapi tidak bisa di tahan. ya ini lebih tampak seperti bersendawa, ditahan masuk angin, dikeluarin memalukan. seperti klise kehidupan antara hitam dan putih tidak bisa memilih tapi bisa menentukan dengan cara bersikap. menjad tegar berat mungkin pada awalnya. tapi kalau sudah biasa ya biasa-biasa saja. Tegar harus dilatih semakin disakiti semakin tegar, semakin di sia-sia semakin tegar. Tegar tidak datang pada saat ingin tegar, tapi tegar datang saat disakiti. Makanya kalau lagi disakiti belajarlah tegar. atau aku menganggap ini semua rumit. hati menjadi reseptor diolah dan di teruskan ke otak-otak mengolah logika, yang menyadarkan segalanya. tapi sekuat apapun mengolah hati tidak akan menerima logika dengan mudah. karena hati merasa.
No comments:
Post a Comment
thanks for comments :)