2.1.15

Revolusi Zaman

Sama seperti hari-hari kemarin, aku sedang menikmati masa-masa liburanku. Aku senang zona-zona liburan seperti ini dengan ditemani semangkok bubur gudeg dari ibuku. Aku sekarang sedang duduk diatas bantal besarku bersarung princess yang sudah kusam. Ini zona kenyamananku. Bertahun-tahun sudah aku menggunakan bantal ini, sekalinya dicuci aku merasakan kehilangan. Sempat juga dipisahkan oleh ibuku tapi aku mengambil paksa kembali. Aku tertawa jika mengenang masa-masa itu. Tapi... semakin lama... bantalku tidak akan  pernah bisa terlepas dariku, aku semakin ketergantungan. Bahan dari bantal itu membuatku kecanduan. Parah. Walaupun sudah berubah bantalku tetap bantalku.
 Mengenang Masa Kecilku
kembali lagi soal bantal. Menurut sejarah hidupku, bantal itu sudah menemani aku dari bayi. Jadi, sudah seperti amplop dan perangko. Kalau teringat masa kecilku, salah satu yang aku ingat adalah pergi ke sekaten. Acara yang selalu aku tunggu-tunggu dari tahun ke tahun. Meski sering dikritik lebih menonjolkan hiburan dan komersial dibanding tujuannya untuk peringatan hari kelahiran nabi Muhammad. Sampai sekarang hasratku untuk mengunjungi sekaten masih sering muncul dalam benak. Kora-kora, bianglala atau biasa ku sebut dremolem masih sering membayang-bayangiku. Tapi sekarang sekaten seperti sudah tidak eksis di saentero anak-anak kecil. Sekaten yang dulu sudah tidak seperti sekarang. Setiap kali melewati daerah alun-alun utara serasa sepi sekali. Dahulu kala, jalan-jalan menuju jantung alun-alun selalu ditutup portal-portal besi bertuliskan POLISI. Tetapi sekarang sekaten seperti sudah tidak ada aromanya dikalangan anak kecil.  Daya tarik permainan yang dulu selalu membius mata sekarang berganti dengan berjualan pakaian bekas atau awul-awul. Mungkin karena kurangnya perawatan dalam wahana-wahananya yang membuat sebagian besar masyarakat khawatir atau memang memahami tradisi dari sekaten sendiri sudah luntur? Ini perasaanku saja atau nyata? Ini karena aku sudah menjalani hidup ditingkatan yang lebih tua sehingga tidak merasakan euforia anak kecil atau memang rasa itu sudah tidak ada? 
Zaman sekarang jalanan lebih macet menuju mall-mall daripada sekaten. Ketika melewati khawasan alun-alun sebagian orang hanya mengganggap "oh sekaten.oh iya sebulan" tanpa tahu bagaimana bahagianya masyakarat dulu ketika sekaten ada karena membawa banyak sekali kebahagiaan.

No comments:

Post a Comment

thanks for comments :)