11.8.11

cerita fisiku

Darah masih menetes di pelipis kepalaku. Aku ingin berteriak sekencang-kencangnya. Entah apa yang sudah terjadi. Hanya beberapa yang aku ingat.


Pukul 19.00 tepat.
Aku telah di atas sofa mobilku, segera berangkat ke Bandung. Perjalanan yang mungkin cukup melelahkan, Jogja-Bandung.
Sudah beberapa hutan belantara yang aku lewati. Suda beberapa kota, desa, dusun, kecamatan yang aku lewati.
Terreettt trreeettt suara David Archuleta membawakan lagu falling star dan getar hape, mengalun lembut di telingaku. Ternyata itu suara dan getaran yang dihasilkan hapeku.
One calling
Mama
Ternyata mama yang menelponku.
‘halo ma?’
‘sil, papamu koma lagi. Bisakah kau pulang untuk memberinya semangat?’
‘aku sedang perjalanan ke Bandung, ma’
‘tak bisakah kau mengambil arah pulang?’
‘sudah terlanjur jauh dari Jogja ma’
‘ya sudah'




Nada penyesalan dari suara mamaku, terdengar. Apa aku salah mengatakan begitu.
Entah apa yang membuatku ingin berhenti. Apa karena berita itu atau aku hanya ingin mencari sensasi atau hanya untuk merasakan sejuknya udara malam hari? Entahlah. Kanan-kiriku hanyalah pohon-pohon yang menjulang tinggi. Ya, ini hutan belantara. Tak ada rumah maupun kendaraan yang lewat. Aku hanya seorang diri. Ku hentikan mobil di sebelah kiri, dan turun.
Kusandarkan punggungku di pintu sebelah kiri. Aku meraskan hembusan angin malam. Ku lihat jam tanganku. Tepat tengah malam. Aku menarik nafas, dan mengeluarkannya lagi. Berulang-ulang begitu. Ku lirik sebelah kiriku, ternyata bersandar seorang laki-laki. Mengenakan kemeja putih dengan celana krem. Dia tersenyum ke arahku, senyuman simpul. Kubalas senyumannya.
‘kau siapa?’ tanyaku. Dia hanya melontarkan senyumannya, tanpa menjawab sama sekali.  
‘aku sisil’ ku ulurkan tanganku, meminta berjabatan. Tetapi dia hanya diam, dan tersenyum kembali. Siapa sih? Hatiku semakin bergemuruh ingin mencari tahu. Siapa dia? Apa yang dilakukannya di dekatku? Apa dia menguntilku dari Jogja? Kenapa dia terus saja melihat hutan di depanku? Kenapa dia hanya tersenyum ketikan aku mengajukan pertanyaan atau pernyataan?

Tanpa berpikir lama aku meninggalkannya.
‘hey, kamu eh. Aku mau cabut dulu. Dah!’
Kulihat kananku, ternyata masih hutan. Sudah beberapa kilo aku lewati tetapi masih hutan. Kulihat jok di sebelah kiriku. Upss ternyata laki-laki itu. Aku sudah terbiasa saja dengan kedatangannya. Dia tersenyum simpul lagi ke arahku. Kubalas lagi. Dia menatapku, ada yang aneh dengannya. Ternyata di pelipis kirinya darah mengucur deras. Dia menarik tangan kiriku, dan menggigitnya. Aku kehilangan keseimbangan. Tangan kananku lemas. Ku putar balikkan mobilku, tetapi ada truk dari arah bersebrangan, menabrakku.
hanya itu yang aku ingat. setelah itu aku sudah berada di ruangan yang serba putih. Aku pun memakai pakaian yang putih. Darah masih menetes di pelipisku. Aku bertemu lelaki itu. Dia tersenyum kepadaku.
‘apa yang kau mau dariku?!’ bentakku
‘aku hanya ingin kau menuruti perkataan mama’
‘siapa kau?!’
‘aku adalah kakakmu, apakah kamu tidak ingat?’
‘aku mungkin terlalu kecil untuk mengingatmu dulu’
‘sekarang temui papa dan mama’
‘bagaimana bisa? Tanganku patah karena kau!’
‘tentu bisa mama ada di sebelahmu’
‘meracau kau!’
Dia kembali tersenyum simpul, dan pergi meninggalkanku. Oh, ternyata dia kakakku. Tetapi mengapa aku tak mengingatnya? Aku terbangun, semuanya seperti mimpi. Pertemuan dengan kakakku seperti mimpi. Aku melihat mamaku tersenyum dengan mata berlinang air. Maafkan aku mama.

No comments:

Post a Comment

thanks for comments :)